2012, Perbankan Makin Ramah Buat Pengembang


RumahCom - Bergairahnya bisnis properti di tahun 2012 ini, tidak terlepas dari dukungan pihak perbankan dalam hal pendanaan. Beberapa bank besar diperkirakan  masih tetap konsisten menyalurkan kredit di sektor properti, terutama kepada konsumen lewat kredit pemilikan rumah (KPR) dengan suku bunga yang cukup rendah, yakni 7,5% – 11% per tahun. Pada tahun 2012 pembiayaan sektor perbankan lewat kredit konstruksi dan kredit real estat mulai bersiap mendanai properti untuk  proyek-proyek yang dibangun para pengembang yang dinilai prospektif.

Bila pada tahun-tahun sebelumnya, para pengembang lebih mengandalkan modal sendiri atau uang muka yang diterima dari para konsumen, maka tahun ini pengembang akan lebih berpeluang untuk meminjam dana dari perbankan. Terlebih lagi, pengembang yang telah memperoleh kepercayaan dari masyarakat. 

Di sisi lain, pihak perbankan menyadari pula bahwa risiko pembiayaan proyek properti saat ini telah menurun dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya. Pasalnya, properti yang masuk ke pasar pada umumnya adalah properti yang benar-benar layak (marketable). Dengan demikian, berdasarkan riset yang telah dilakukan Ikatan Analis Properti Indonesia (IKAPRI), pertumbuhan kredit properti tahun ini diperkirakan akan meningkat signifikan, yakni mencapai 16%, dengan angka Rp302,3 triliun di 2011 menjadi Rp351,07 triliun.

Sumber Foto : Rumah.Com
Laju pertumbuhan KPR diperkirakan  meningkat sebesar 22%, dari Rp180  triliun di 2011 menjadi Rp219,6 triliun pada 2012.  Dengan adanya dukungan pendanaan dari perbankan tersebut, maka bisnis properti pun diperkirakan akan tetap dapat melaju dengan cepat pada 2012 ini. 

Namun berdasarkan riset IKAPRI, bila Bank Indonesia tetap konsisten menjaga laju inflasi lewat kebijakan  moneter yang “lebih ketat”, sepanjang depresiasi nilai rupiah terhadap US dolar tetap dapat terjaga, dan jumlah uang yang beredar tidak melampaui batas yang ditargetkan oleh BI, maka kemungkinan lonjakan tingkat inflasi dan suku bunga SBI diperkirakan tidak akan mengganggu perputaran roda bisnis properti tahun 2012. Dengan kata lain, pergerakan variabel ekonomi makro pada 2012 tidak banyak dipengaruhi krisis finasial Eropa dan AS.  

IKAPRI berkeyakinan, SBI akan bergerak antara 6% – 7%, sedangkan laju inflasi tidak akan lari jauh dari level 6%. Di sisi lain, kurs rupiah akan stabil pada kisaran Rp9.000 – Rp9.300 per US dolar. Jika kondisi ini yang terjadi, maka bisnis properti akan bergerak cukup pesat pada 2012 ini, sebagaimana yang diuraikan sebelumnya. 

Sementara itu berdasarkan riset Pusat Studi ilmu Properti Indonesia (PSPI), kenaikan harga properti yang disebabkan naiknya harga bahan-bahan bangunan, tidak akan lebih dari 10% – 15%. Berdasarkan indikator properti tersebut, maka properti akan mencapai puncaknya (booming) pada tahun 2013-2014, yang didominasi oleh sektor perumahan, ruko, dan pusat perbelanjaan.


Whether you want the latest info direct to your email? Please enter your email address for free subscription. Thank you for your visit.
Delivered by FeedBurner

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites